Sabtu, 07 Desember 2013

"Mahasiswa HI UNAND Gelar Aksi Damai" Harian Haluan-22 Sept 2012

e-Paper Harian Haluan-22 September 2012

Aksi "One Man One Tree" Mahasiswa KKN-PPM UNAND 2013-Nagari Sungai Antuan, Kecamatan Mungka, Kab. 50 Kota

Gambar diatas merupakan capture dari e-Paper harian Haluan pada hari Rabu, 10 Juli 2013. Ini merupakan kolaborasi acara "One Man One Tree" oleh mahasiswa KKN-PPM UNAND 2013 di Nagari Sungai Antuan, Kecamatan Mungka, Kab. 50 Kota dengan acara Hari Bakti Rimbawan yang diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Kab. 50 Kota. Acara ini dilaksanakan pada hari kamis, 4 Juli 2013, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai dampak dari Global Warming sekaligus melakukan aksi pencegahan langsung dengan melakukan penanaman pohon bersama Pemerintah kab. 50 Kota, Kecamatan Mungka, Mahasiswa KKN-UNAND dan Masyarakat Nagari Sungai Antuan. acara ini dihadiri oleh Wakil Bupati 50 Kota, Camat Mungka, MUSPIKA, perangkat kenagarian, mahasiswa KKN, dan juga masyarakat serta Pemuda setempat.
Aksi One Man One Tree merupakan kegiatan puncak dari serangkaian acara yang telah dirancang oleh mahasiswa KKN-PPM UNAND. sebelumnya juga telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan dampak Global Warming dan juga pemutaran dan bedah film The Lorax. dengan diadakannya kegiatan ini diharapkan mampu merubah mindset masyarakat mengenai tindakan Illegal Logging maupun kegiatan lainnya yang mampu meningkatkan efek rumah kaca.

Mahasiswa HI UNAND Serukan Perdamaian Dunia

INILAH.COM, Padang - Sekitar 60 mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas Andalas (Unand) menggelar aksi damai turun ke jalan, Jumat (21/9) dalam rangka Hari Perdamaian Dunia 21 September 2012.

Aksi damai yang dikawal aparat kepolisian itu dimulai pukul 10.00 WIB pagi diawali dengan longmarch dari depan Kantor Gubernur Jalan Jenderal Sudirman dengan titik akhir di Lapangan Imam Bonjol Padang. Aksi berlangsung tertib dan damai.

Mareka melakukan aksi damai karena banyaknya konflik seperti penindasan, pelanggaran HAM. Dalam aksi ini, mereka melakukan aksi teatrikal yang menceritakan akan penindasan militer terhadap sipil dari penguasa terhadap rakyat kecil. Pemasangan pita putih sebagai tanda perdamaian juga dilakukan kepada para pejalan kaki serta pembagian stiker di kawasan kampus Unand sehari sebelumnya.

Selain itu, mahasiswa juga terus meneriakkan kecaman terhadap kekerasan di berbagai belahan dunia, seperti di Timur Tengah. Banyak masyarakat lupa tentang Hari Perdamaian Internasional. Dengan aksi ini, mahasiswa ingin menggugah hati masyarakat luas bahwa perdamaian itu penting.

“Dengan adanya perdamaian akan menciptakan kerukunan antar seluruh warga negara. Jika tidak terjadi konflik, maka kehidupan akan damai serta kerusakan yang ada akan lebih kecil dengan yang ada saat ini,’ begitu jelas Harri Cipta Dyanda selaku ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional Unand.

Tujuan dari aksi ini untuk memberitahukan kepada masyarakat dunia terutama yang ada di Kota Padang bahwa selaku mahasiswa mereka tidak hanya peduli pada keilmuan akademik yang mereka dapatkan dikampus saja. Tapi juga peduli dengan isu-isu internasional yang sedang hangat saat ini seperti konflik.

Muhanizar Siagian, mantan Wakil ketua Himpunan Mahasiswa HI mengatakan bahwa konstutisi mengamanatkan kita untuk serta berperan aktif dalam menjaga dan mewujudkan perdamaian dunia.

Hal senada juga diungkapkan Melisa Asripal, salah satu orator. Ia menyebutkan bahwa untuk lingkungan Sumbar, penindasan-penindasan yang ada sangatlah dekat dengan masyarakat. [ton]

Jumat, 06 September 2013

Untuk Indonesia Ku dari 2597 mdpl (Gunung Talang)

Salam Lestari!!!

Lagi-lagi kami dari dari komunitas amatiran "galaupala" akan melakukan ekspedisi ke sebuah gunung di Sumatera Barat. Yang menjadi pilihan kami kali ini adalah Gunung Talang. Gunung yang berada di Kabupaten Solok Ini merupakan salah satu gunung api yang masih aktif. Terbukti dengan aktivitas vulkaniknya dalam beberapa tahun terakhir.
Selain untuk memenuhi hasrat bertualang yang tertahan karena aktivitas Ramadhan, pada petualangan kali ini kami juga berniat untuk melakukan upacara bendera dalam rangka perayaan 17 agustus, memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 68. Untuk itu kami berencana akan berangkat pada H+7 Lebaran, tepat pada tanggal 16 agustus 2013.
Untuk melakukan pendakian ke Gunung yang memiliki ketinggian 2597 MDPL ini kita dapat menempuh beberapa jalur, diantaranya via desa Batu Bajanjang-Bukik Sileh, via kantor bupati solok, dan via alahan panjang. Namun biasanya pendaki menggunakan jalur via batu bajanjang-bukik sileh. Jika kita melakukan perjalanan dari Kota Padang menuju Desa Batu Bajanjang, akan memakan waktu ± 2.5 jam dengan menggunakan sepeda motor. Setelah berada di kaki gunung, kita bisa menitipkan kendaraan di rumah-rumah warga sekitar.
Karena tidak satupun yang mengenal trek pendakian, kami melakukan perjalanan siang. Tepat pukul 14.30, kami memulai pendakian menuju puncak. Tak lupa berdoa dahulu sebelum melangkahkan kaki guna keselamatan dalam perjalanan. Sebelum memasuki pintu hutan, kita akan melewati jalan setapak diantara sawah dan perkebunan warga. Disini kita bisa mengambil persediaan air sebanyak mungkin (sesuai kebutuhan) karena di sepanjang perjalanan hingga puncak kita tidak akan menemukan satupun sumber air.
Jalan yang sudah mulai menanjak, membuat kami beristirahat sejenak guna menyesuaikan langkah dan nafas. Pendakian kami lakukan dengan santai, mengingat kami membawa 1 orang "ladyventure" dan satu orang pemula. Medan yang dilalui di awal perjalanan cukup landai, namun ketika kita memasuki pintu hutan, tingkat kemiringan semakin meningkat.
Sangat disayangkan sekali karena hutan disini telah banyak yang di alihfungsikan warga menjadi lahan perkebunan, hutan yang tidak terlalu lebat. Membuat pendakian di siang hari terasa lumayan berat, karena panas terik langsung berhadapan dengan 'ubun-ubun' kami. Tak terasa kami telah melakukan pendakian selama 3.5 jam. Matahari pun sudah enggan untuk melihatkan wajahnya. Di perjalanan kami sepakat untuk mencari campground. Namun setelah berjalan beberapa lama kami belum menemukan lokasi yang cocok. Gunung talang berbeda dengan gunung lainnya di sumatera barat yang memiliki banyak campground dan sumber air, disini hanya terdapat beberapa tempat saja. Sambil istirahat dan menunggu adzan maghrib selesai, kami mempersiapkan senter, headlamp dan peralatan lainnya untuk perjalanan malam. Pendakian pun dilanjutkan, 15 menit kemudian kami menemukan lokasi camp yang dianjurkan oleh teman2 dari PAITUA di hari sebelum keberangkatan. Ternyata disini sudah berdiri satu tenda pendaki yang berasal dari jambi. Namun masih terdapat space untuk kami mendirikan tenda.
Saya dan beberapa teman sibuk mendirikan tenda, sedangkan yang lainnya mempersiapkan makan malam, dan sebagian lagi mencari kayu bakar. Nah, untungnya disini kita tidak akan kesulitan mencari kayu seperti di gunung Marapi. Banyak ranting-ranting dan kayu kecil yang berjatuhan di lokasi camp. Sehingga memudahkan kami untuk membuat api unggun. Setelah santap malam kami menghangatkan badan di api unggun sambil berbagi cerita sesama anggota galaupala dan beberapa pendaki lainnya.
Keesokan harinya, tepat pukul 05.00 pagi kami melanjutkan pendakian ke puncak. Melewati cadas yang curam dengan batuan lepasnya di kegelapan membuat kami lebih ekstra hati-hati. dari cadas, kita sudah bisa melihat pemandangan bebas ke arah kota solok. Pemandangan subuh yang sangat indah. Lampu-lampu di kota masih menghiasi subuh itu. Sebelum sampai di puncak, kami menikmati sunrise terlebih dahulu. Sungguh menakjubkan menikmati sinar mentari pagi yang disertai samudera awan. Dari puncak gunung talang...
Mendekati puncak, perjalanan semakin ektrim. Kami harus melewati Jalan setapak yang berada di pinggir jurang. Dari puncak gunung talang, kita dapat melihat banyak spot pemandangan, seperti pemandangan Kota Solok, Puncak Gunung Marapi-Singgalang-Tandikek, Puncak Gunung Kerinci, Gunung Tujuh, Danau Diatas-Dibawah, Danau Talang, dan Danau Singkarak. Sungguh pemandangan indah yang menakjubkan danmampu menyegarkan mata.
Setelah berdiskusi dengan beberapa kelompok pendaki, kami sepakat melakukan upacara bendera di puncak tertinggi Gunung Talang. Suatu kehormatan upacara ini dipimpin oleh salah satu dari anggota Galaupala, Erik Setia Pratama. Upacara begitu khidmat, ditemani lantunan lagu Indonesia Raya. Sang saka merah putih pun berkibar dengan gagahnya..
Merdeka!!!

-Untukmu Indonesia Ku!! Dari 2597 MDPL-

*dokumentasi pendakian 






















Jumat, 30 Agustus 2013

“Air Terjun Lubuk Batu Bulan” misteri yang belum terpecahkan


Ekspedisi ini saya lakukan ketika menjalankan tugas KKN-PPM 2013 (Kuliah Kerja Nyata-Program Pengabdian Masyarakat) pada suatu daerah di Kabupaten Lima Puluh Kota. KKN merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa di Universitas Andalas, dan kegiatan pengabdian masyarakat ini akan berjalan selama lebih kurang 50 hari. Kebetulan saya ditugaskan di Nagari Sungai Antuan, Kec. Mungka, Kab. Limapuluh Kota. Guna mengisi waktu luang ketika di lokasi, sebelum hari keberangkatan saya melakukan searching tentang potensi objek wisata yang terdapat pada daerah ini. Dan ternyata daerah ini menyimpan seribu potensi wisata yang sangat menarik dan patut untuk dijelajahi. Pada umumnya di daerah ini banyak terdapat air terjun, diantaranya air terjun burai, air terjun jaro, air terjun lubuk bulan, dll. Namun yang paling menarik perhatian saya adalah air terjun lubuk bulan, karena masih ada misteri yang belum terkuak didalamnya, bahkan sampai detik ini.

Menurut penuturan masyarakat sekitar, air terjun ini dinamakan air terjun lubuk bulan karena pada air terjun ini terdapat cekungan batu yang berbentuk seperti bulan. Air terjun ini tidak seperti air terjun lainnya yang memiliki aliran air yang jelas seperti sungai ataupun goa bawah tanah. Disini kita tidak akan menemukan satupun aliran sungai yang mengalir. Dan juga tidak terdapat mulut goa dimana air tersebut dapat mengalir. Namun tidak jauh dari air terjun, terdapat sebuah mata air. Sebagian masyarakat percaya, air tersebut merupakan aliran dari air terjun lubuk bulan. Ini merupakan satu-satunya air terjun di Sumatera Barat bahkan di Sumatera yang tidak memiliki aliran air yang jelas.

Air terjun ini terletak pada jorong koto tinggi kubang balambak, kenagarian simpang kapuak, kecamatan mungka, kabupaten lima puluh kota. daerah koto tinggi kubang balambak merupakan salah satu daerah terisolir di kabupaten limapuluh kota. untuk mencapai daerah tersebut dibutuhkan waktu sekitar 4-5 jam perjalanan menggunakan sepeda motor dari kota payakumbuh.

Setelah beberapa hari menjalani KKN, Saya berhasil mengajak beberapa orang pemuda setempat untuk menemani saya dan teman-teman mencari lokasi air terjun tersebut. Setelah mempersiapkan segala perlengkapan dan logistic, kami pun memulai perjalanan dengan menggunakan motor. Jika perjalanan dimulai dari kota payakumbuh, kita dapat menggunakan angkutan umum ke daerah danguang-danguang. Dan dari sini kita dapat menyewa ojek ke daerah simpang kapuak. Namun untuk bertualang ke air terjun ini saya lebih menyarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi, terutama sepeda motor (jika ada motor trail) karena medan yang dilalui sangatlah berat dan hanya dapat dilalui motor.

Dari kota payakumbuh ke nagari simpang kapuak akan memakan waktu perjalanan selama 1.5 jam. Selanjutnya, dari sini kita akan melewati trek pendakian bukit. Trek ini berbentuk jalan setapak namun masih bisa dilalui sepeda motor.  Tanjakan yang begitu terjal mengharuskan penumpang untuk turun dari motor dan harus melanjutkan dengan berjalan kaki hingga puncak bukit. Setibanya dipuncak bukit kita telah disuguhkan pemandangan alam yang sangat indah, dari ketinggian ini kita dapat memandang lepas ke seluruh penjuru. Dari sini kita masih harus melanjutkan perjalanan ke perkampungan terakhir, yakni jorong koto tinggi kubang balambak. Jalanan yang dilalui merupakan jalan setapak yang biasa dilalui warga. Nah, dari sini kita akan memasuki kawasan hutan dan perkebunan warga. Setelah melewati 3 jam perjalanan, kita akan tiba pada pemberhentian terakhir, namun perjalanan masih tetap dilanjutkan dengan berjalan kaki.  

Perjalanan akan dilanjutkan dengan menyisiri hutan yang ditumbuhi dengan pepohonan besar. Namun sayang sekali, sepanjang perjalanan kami banyak menemukan aksi illegal logging. Sangat banyak terjadinya pembalakan liar. Tentunya ini terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap dampak yang dihasilkan dari tindakan mereka. Dengan setengah jam berjalan kaki, kita akhirnya sampai pada tujuan akhir, yakni air terjun lubuk bulan. Dengan jarak yang terlalu jauh dan akses yang susah untuk menuju lokasi, membuat tempat ini masih sangat alami. Satupun kami tidak menemukan sampah plastic selama perjalanan.

Sungguh luar biasa, air terjun ini sempat membuat saya merinding ketika melihatnya pertama kali, tenang dan sunyi. Air yang jatuh dari ketinggian 50 meter menghasilkan riuh yang membawa kedamaian. Di belakang air terjun terdapat cekungan seperti goa. Dan yaa benar seperti apa yang saya baca di internet dan informasi yang beredar di masyarakat, setelah menyelidiki dan mencari-cari kami tidak menemukan satupun aliran air seperti sungai dan mulut goa bawah tanah. Air pada lubuk air terjun ini sangat tenang, tidak terdapat aliran yang mengalir ke suatu titik pun.

Namun menurut perkiraan saya dengan melihat sekitar lokasi air terjun. Pada zaman dahulu, terjadi suatu fenomena alam yang sangat dahsyat yang mampu merutuhkan tebing di sekitar air terjun dan menutup aliran sungai tersebut. Ini dibuktikan dengan banyaknya tumpukan batu-batu besar di sekitar air terjun. Dan mungkin saja aliran air tersebut masuk ke goa bawah tanah dimana pintu goa ditutupi oleh batu-batu besar.
Yaa itu hanya sekedar pendapat, air terjun ini tetap menyimpan sejuta misteri yang belum terpecahkan. Dan selalu menciptakan daya tarik untuk setiap para petualang.

Setelah makan siang, dan mandi sejenak kami pun beranjak dari air terjun ini. Tak lupa bersyukur dan berdoa agar tempat ini tetap pada keadaan alaminya, jauh dari tangan-tangan yang tak bertanggung-jawab. Dan mudah-mudahan saya dapat kembali ke air terjun ini. amiin

















Rabu, 07 Agustus 2013

Melangkahkan kaki ke Gunung Marapi

 foto dulu sebelum keberangkatan (posko)
Kali ini saya dan 7 orang teman lainnya yang tergabung dalam suatu komunitas pecinta alam amatiran "Galaupala" ingin melakukan petualangan ke Gunung marapi. Gunung Marapi merupakan salah satu gunung berapi yang terletak di Sumatera Barat, posisi gunung ini terletak pada beberapa daerah antara lain di Kab. Tanah Datar dan Kab. Agam. gunung yang memiliki ketinggian 2891 mdpl ini tergolong gunung paling aktif di Sumatera. sehingga perlu persiapan, pengetahuan dan informasi lebih mengenai gunung ini sebelum melakukan pendakian. 
seminggu sebelum keberangkatan kami melakukan beberapa latihan fisik, seperti fitness ataupun jogging. ini bermanfaat agar otot tidak keram ketika menjajaki medan yang lebih berat. kami juga telah mempersiapkan peralatan khas pendaki seperti carrier, matras, sleeping bag, tenda, kompor, nesting,dll, dan juga beberapa kebutuhan logistik. saya dan tim akan melakukan pendakian selama 3 hari 2 malam (24-26 Januari 2013). untuk persiapan logistik, kita selalu menggunakan rumus yang lumrah digunakan oleh para pendaki, kalian bisa search di blog2 para adventurer lainnya.
dari padang kita berangkat menggunakan motor, perjalanan akan menempuh waktu sekitar 2 jam hingga desa koto baru. ini merupakan desa terakhir tempat titik awal pendakian.  sebenarnya banyak terdapat jalur pendakian lain, namun trek via koto baru ini yang paling umum digunakan. biasanya para pendaki terlebih dahulu melengkapi perlengkapannya sebelum melakukan pendakian di pasar koto baru. karena kita mengendarai motor, jadi kita akan memarkirkan motor di tower, tempat ini merupakan posko lapor dan registrasi sebelum memulai pendakian. disini akan dilakukan pendataan untuk setiap pendaki. seperti biasanya, setiap pendaki dikenakan biaya retribusi sejumlah Rp.5000,-/orang dan biaya parkir Rp. 5000,-/kendaraan.
setelah menyelesaikan administrasi kami pun memulai pendakian tepat pada pukul 15.30 wib. tak lupa sebelumya berdoa untuk keselamatan selama perjalanan. pada awal trek pendakian, kita disuguhkan pemandangan perkebunan warga. disini udaranya sangat sejuk, trek yang dilalui pun masih landai. setelah setengah jam berjalan kita akan sampai pada posko berikutnya. ini merupakan pos polisi hutan sekaligus pintu masuk hutan. pos ini berada pada KM1, dan biasanya digunakan oleh para pendaki untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. karena kabut mulai naik, kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di posko ini. dan perjalanan kami lanjutkan kembali setelah azan maghrib.
beberapa saat setelah memasuki pintu hutan kita akan menemukan sumber mata air yang dinamakan "sumur kodok". karena pada mata air ini banyak terdapat berudu alias anak kodok. para pendaki biasanya memanfaatkan sumur ini untuk menambah persediaan air. setalah itu kita akan melewati "jembatan batuang" jika kita melihat ke sebelah kiri akan terdapat air terjun kecil. guna alasan keselamatan, kami menyeberangi jembatan ini satu per satu. tak jauh dari sana kita akan melewati "Pasanggrahan" menurut cerita yang beredar, ini merupakan tempat pengasingan Bung Hatta ketika zaman pra kemerdekaan dulu. namun bangunan tersebut telah hancur, yang tertinggal cuma beberapa puing bangunan seperti tangga dan lantai rumah. dari titik ini kita sudah mulai menjajaki trek yang menanjak, kita akan memasuki "parak batuang" sebelum sampai di posko 2 (KM2) karena masih banyak yang pemula, maka kami beristirahat kembali disini. alangkah baiknya pada awal pendakian kita tidak terlalu memaksakan, butuh pengaturan nafas yang baik agar tidak terlalu lelah. 
istirahat selama 2 menit kami rasa cukup untuk melanjutkan perjalanan kembali. tanjakan demi tanjakan kami lalui secara perlahan dan pasti, kerjasama tim untuk saling membantu selama pendakian sangat dibutuhkan. jika kita telah melewati pinggang gunung, maka kita akan melewati hutan lumut, dinamakan hutan lumut karena seluruh pohon diselimuti lumut, udara disini sangat lembab karena sinar matahari tidak dapat menembus rindangnya dedaunan. kami begitu menikmati perjalanan, tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 22.00 wib. sungguh perjalanan yang begitu santai tapi pasti. "lubang sampik" juga telah dilalui. pada awalnya kami berniat untuk mendirikan tenda diatas "pintu angin" namun ternyata telah didahului oleh pendaki lain. dan pada akhirnya kami melanjutkan perjalanan hingga cadas. waktu menunjukkan pukul 00.30 wib disinilah kami mendirikan tenda. kami berbagi tugas, ada yang mencari kayu bakar untuk perapian, ada yang mempersiapkan makanan, dan ada juga yang membantu saya mendirikan tenda. dari sini kami dapat melihat bebas kebawah. pemandangan malam kota Bukittinggi, arus lalu lintas koto baru, dan kota padang panjang menemani kami malam itu.
setelah santap malam dan sedikit menghangatkan badan di perapian, kami beristirahat karena akan bangun pagi untuk melanjutkan perjalanan ke puncak demi menikmati suasana sunrise. dari cadas ke puncak dibutuhkan waktu 1.5 jam perjalanan lagi, sehingga kami harus bangun pukul 04.30. namun karena badan yang begitu letih dan udara yang begitu dingin mengurungkan niat kami untuk menikmati sunrise dipagi itu. sebagian teman mulai menyiapkan sarapan pagi. senam-senam kecil mampu menghilangkan hawa dingin yang menusuk ke tulang. sekitar pukul 08.30 kami melanjutkan pendakian ke puncak. disini kita akan melewati trek batuan cadas dengan kemiringan sekitar 70 derjat. cukup melelahkan juga melakukan pendakian dengan oksigen yang semakin menipis. seluruh barang bawaan kami tinggalkan di tenda, dan hanya membawa daypack yang berisi beberapa makanan dan minuman. ini sudah menjadi kebiasaan dari semua pendaki.
setibanya di puncak, kami disambut oleh "tugu abel" disini kami istirahat sejenak untuk menikmati samudera awan yang begitu indah. tugu abel merupakan tugu yang dibangun untuk mengenang almarhum seorang pendaki asing bernama abel yang meninggal di gunung marapi, konon ceritanya dia meninggal karena menyelamatkan seorang pendaki wanita yang hampir jatuh ke jurang. namun naas baginya, ia terjatuh dan meninggal. untuk menghormati jasanya, keluarga pendaki wanita tersebut membuat tugu tersebut. dan dinamai tugu abel. tak lupa kami mendoakan agar beliau tenang dialam sana. tak sabar dengan keindahan lainnya, kami melanjutkan perjalanan ke "lapangan bola", begitulah para pendaki menyebutnya karena spot ini berbentuk lapangan luas dan datar seperti lapangan bola. biasanya para pendaki yang ingin memperingati hari kemerdekaan 17 agustus, mereka akan melakukan upacara pengibaran bendera di lapangan ini. 
 menikmati puncak singgalang dan tandikek disela-sela samudera awan
 tugu abel
 ladyventure
keindahan lain yang kami temukan disini adalah pemandangan kawah gunung marapi. terdapat beberapa kawah yang sudah tidak aktif lagi, namun banyak juga diantaranya yang teak henti-hentinya mengeluarkan asap belerang dari perut bumi. kami melanjutkan perjalanan kembali untuk menuju puncak tertinggi, yakni "puncak merpati"  namun sayang pemandangan terindah yang kami nanti-nantikan, pemandangan danau singkarak tidak dapat kami nikmati karena kabut tak kunjung hilang. namun walaupun kehilangan satu spot indah, kami juga mendapatkan keberuntungan untuk dapat turun ke kawasan taman edelweis. dari puncak merpati kita akan berjalan turun mengikuti alur bekas aliran lahar yang akan mengiring kita ke taman edelweis. dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk mencapainya. sungguh pemandangan yang begitu indah. namun untuk kembali kepuncak merpati dibutuhkan waktu lebih dari 1 jam. ditambah dengan naiknya asap belerang membuat kami sesak nafas. beruntung kami tidak menghirup gas beracun sehingga saya masih bisa menceritakan pengalaman tak terlupakan ini. 

 kawah utama
 "Galaupala"
 puncak merpati
 puncak tertinggi mt. marapi
 bayang-bayang puncak marapi dari taman edelweis
taman edelweis
karena matahari mulai mebakar kulit, kami memutuskan kembali ke camp untuk makan siang dan bersiap menikmati pemandangan berikutnya. Sunset from the peak of Marapi boooy!!! sungguh sungguuuh sungguuuh pemandangan yang indah sekali. *kalo sunset di pantai udah mainstream bos hahaha malam harinya kami isi dengan saling bercerita untuk menambah keakraban sesama.
 sunset from marapi
 sunset
keesokan paginya, sabtu 26 januari 2013 setelah sarapan kami bersiap untuk turun kembali. tak lupa kami berdoa dan bersyukur atas keindahan yang ditunjukkan kepada kami.
saya yakin, gunung ini menginginkan kami kembali, kembali untuk melihat pemandangan indah yang kami nantikan, "View of Lake Singkarak" suatu saat kami akan kembali.
untuk turun kami hanya membutuhkan waktu 3 jam. alhamdulillah kami diberikan keselamatan dan keindahan tiada tara, terimakasih Allah SWT. engkau maha segalanya...
 istirahat sejenak di posko 3
bertemu kawan-kawan eleventures di perjalanan turun